Sample Text


Minggu, 08 Mei 2011

Tauhid Inti Dakwah Para Nabi

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ
“Dan Kami tdk mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepada bahwa tdk ada Ilah melainkan Aku mk sembahlah Aku olehmu sekalian.”
Penjelasan Mufradat Ayat

رَسُوْلٍ
“Seorang rasul.” Yang dimaksud rasul di dlm ayat ini bersifat umum meliputi tiap yg diutus Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dari kalangan para nabi maupun rasul. Sedangkan secara istilah terdapat perbedaan antara makna nabi dan rasul. Sebab rasul memiliki kedudukan yg lbh tinggi dari nabi atau dgn ungkapan lain bahwa tiap rasul pasti seorang nabi namun tdk tiap nabi memiliki gelar sebagai rasul.
Para ulama berbeda pendapat dlm mendefinisikan keduanya. Sebagian ada yg mengatakan perbedaan di antara kedua adl bahwa nabi adl seseorang yg diberi wahyu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala namun tdk diperintahkan utk menyampaikan kepada umatnya. Sedangkan rasul adl seorang yg diberi wahyu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diperintahkan utk menyampaikan kepada umatnya. Pendapat ini dijadikan sandaran oleh Al-Baihaqi dan yg lainnya.
Ada pula yg mengatakan bahwa nabi adl seorang yg diutus dgn membawa syariat dan diperintahkan utk disampaikan kepada kaum yg telah siap menerima atau tdk diperintahkan utk menyampaikannya. Sedangkan rasul adl seseorang yg diutus dgn membawa syariat dan diperintahkan utk menyampaikan kepada kaum yg menyelisihinya.
Pendapat ini yg dipilih oleh Asy-Syaikh Shalih Alusy Syaikh. Namun yg nampak bahwa kedua pendapat ini saling berkaitan. Ada lagi yg membedakan dgn cara yg lain wallahu a’lam.
نُوْحِي
“Kami wahyukan” dgn huruf nun di depan. Ini berdasarkan qira`ah Hamzah Hafsh dan Al-Kasa`i. Adapun yg lain membaca dgn lafadz dgn bentuk majhul yg didahului dgn huruf ya.
Wahyu yg dimaksud di dlm ayat ini adl kabar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba yg memang dikehendaki-Nya berupa hidayah dgn cara cepat dan tersembunyi. Definisi ini dibawa kepada tiap wahyu yg ditujukan kepada para nabi dan rasul-Nya. Wahyu memiliki makna selain yg tersebut di atas di antaranya:
- Wahyu yg bermakna ilham dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada fitrah manusia seperti wahyu yg ditujukan kepada Ibu Nabi Musa ‘alaihissalam.
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوْسَى أَنْ أَرْضِعِيْهِ
“Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa: ‘Susuilah dia’.”
- Wahyu yg bermakna ilham yg diperuntukkan bagi watak dan tabiat hewan tertentu seperti wahyu yg diberikan kepada lebah dlm firman-Nya:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُوْنَ
“Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yg dibuat manusia’.” (Lihat kitab Mabahits fi ‘Ulumil Qur`an karangan Manna’ Al-Qaththan hal. 26-27 Maktabah Wahbah cet. ke-12)
فَاعْبُدُوْنِ
“Sembahlah Aku.” Makna adl “tauhidkanlah Aku.” Setiap lafadz di dlm Al-Qur`an yg menyebutkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mk makna adl mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dlm peribadahan kepada-Nya.
Adapun makna ibadah secara istilah adl nama yg mencakup tiap apa yg dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diridhai-Nya baik berupa ucapan maupun perbuatan yg lahir dan yg batin.
Penjelasan Ayat
Ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yg mulia ini menjelaskan bahwa risalah yg dibawa oleh tiap nabi dan rasul adl satu yg menjadi inti dakwah mereka. Yaitu menyeru umat utk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan segala jenis peribadahan kepada selain-Nya. Di antara ayat yg semakna dgn ayat ini adl firman-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
“Dan sesungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat : ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut itu.’ mk di antara umat itu ada orang2 yg diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang2 yg telah pasti kesesatan baginya. mk berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang2 yg mendustakan .”
Al-Imam Ath-Thabari mengatakan ketika menjelaskan surat Al-Anbiya ayat 25: “Tidaklah Kami utus sebelum engkau seorang rasul kepada satu umat dari umat-umat yg ada wahai Muhammad melainkan Kami wahyukan kepada bahwa tdk ada sesembahan di langit dan bumi yg benar penyembahan kepada kecuali hanya Aku. mk sembahlah Aku ikhlaskan ibadah hanya untuk-Ku sendirikan Aku dlm uluhiyyah .”
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu mengatakan dlm menjelaskan ayat ini: “Setiap rasul sebelum engkau bersama dgn kitab-kitab mereka inti dan pokok risalah mereka adl perintah beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata tdk ada sekutu bagi-Nya dan menjelaskan bahwa sesembahan yg haq itu hanyalah satu dan sesembahan yg selain Dia adl batil.”
Qatadah rahimahullahu mengatakan: “Para rasul diutus membawa ikhlas dan tauhid tdk diterima amalan apapun dari mereka hingga mereka mengucapkan dan mengikrarkannya. Sedangkan syariat mereka berbeda-beda. dlm Taurat terdapat syariat tersendiri dlm Injil juga terdapat syariat tersendiri dan dlm Al-Qur`an juga terdapat syariat tersendiri ada halal dan haram. Dan yg dimaksud dari ini semua adl memurnikan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mentauhidkan-Nya.”
Syaikhul Islam berkata: “Tauhid yg dibawa oleh para rasul mengandung penetapan bahwa uluhiyyah hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala semata agar seseorang bersaksi bahwa tdk ada sesembahan yg haq melainkan Dia. Sehingga dia tdk menyembah kecuali hanya kepada-Nya tdk bertawakal kecuali hanya kepada-Nya tdk ber-wala` dan bersikap bara` kecuali karena-Nya tdk beramal kecuali hanya untuk-Nya.
Seluruh Risalah para Nabi di atas Tauhid walaupun Syariat Mereka Berbeda
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa inti risalah yg dibawa oleh tiap nabi adl sama yaitu memurnikan ibadah hanya utk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak terjadi perbedaan di antara mereka dlm hal ini. Sebagian ayat Al-Qur`an menyebutkan lbh rinci tentang dakwah mereka. Seperti ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang dakwah Nabi Nuh ‘alaihissalam dlm firman-Nya:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Sesungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaum lalu ia berkata: ‘Wahai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tdk ada Ilah bagi kalian selain-Nya.’ Sesungguh aku takut kalian akan ditimpa azab hari yg besar .”
Demikian pula dakwah Nabi Hud ‘alaihissalam kepada kaum sebagaimana firman-Nya:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوْدًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُوْنَ
“Dan kepada kaum ‘Aad saudara mereka Hud. Ia berkata: ‘Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tdk ada Ilah bagi kalian selain-Nya. mk mengapa kalian tdk bertakwa kepada-Nya?’.”
Demikian pula dakwah Nabi Shalih ‘alaihissalam sebagaimana firman-Nya:
وَإِلَى ثَمُوْدَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Ia berkata. ‘Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tdk ada Ilah bagi kalian selain-Nya’.”
Demikian pula dakwah Nabi Syu’aib ‘alaihissalam sebagaimana firman-Nya:
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan kepada penduduk Madyan saudara mereka Syu’aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tdk ada Ilah bagi kalian selain-Nya’.”
Namun dlm hal hukum dan syariat yg diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka terjadi perbedaan antara syariat seorang rasul dgn rasul yg lain sesuai dgn kemaslahatan dan hikmah yg Allah k kehendaki atas mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Untuk tiap-tiap umat di antara kalian Kami berikan aturan dan jalan yg terang.”
Qatadah rahimahullahu berkata dlm menafsirkan ayat ini: “Syir’atan wa minhajan adl jalan dan metode . Sunnah mereka berbeda-beda: Taurat memiliki sunnah sendiri Injil memiliki sunnah sendiri Al-Qur`an juga memiliki sunnah sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalalkan pada apa yg Dia inginkan dan mengharamkan apa yg Dia inginkan sebagai cobaan agar Dia mengetahui siapa yg taat dan siapa yg bermaksiat. Akan tetapi agama-Nya satu yg tdk diterima selainnya: tauhid dan ikhlas hanya utk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah yg dibawa oleh para rasul.” dlm riwayat lain beliau mengatakan: “Agama satu dan syariat berbeda.”
Ini dikuatkan dgn hadits yg shahih bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاْلأَنْبِيَاءُ أَوْلاَدُ عَلاَّتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ
“Para nabi itu saudara seayah ibu-ibu mereka berbeda dan agama mereka adl satu.”
Al-Munawi berkata dlm Al-Faidhul Qadir : “Yaitu pokok agama mereka satu yakni tauhid dan cabang syariat mereka berbeda-beda. Tujuan diutus para nabi yaitu membimbing seluruh makhluk diserupakan dgn ayah yg satu sedangkan syariat mereka yg berbeda bentuk dan tingkatan diserupakan dgn para ibu. Al-Qadhi berkata: ‘Kesimpulan bahwa tujuan utama dari sebab diutus mereka semua adl mengajak seluruh makhluk utk mengenal kebenaran dan membimbing mereka menuju sesuatu yg mengatur kehidupan dunia serta memperbaiki hari di saat mereka kembali. Mereka sama dlm pokok ajaran ini meskipun berbeda-beda dlm cabang-cabang syariat.
Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengibaratkan pokok yg terjadi kesamaan di antara mereka dgn ungkapan ‘ayah’ dan menisbahkan mereka kepadanya. Dan beliau mengibaratkan perbedaan mereka dlm hal hukum dan syariat yg dari sisi bentuk dan tingkatan dlm hal tujuan dgn ungkapan ‘para ibu’. Walaupun berjauhan jaman dan kurun mereka namun asal yg menjadi sebab mereka dikeluarkan dan diutus adl satu yaitu agama haq yg Allah telah menjadikan sebagai fitrah bagi manusia yg siap menerima tegak di atas dan berpegang teguh dengannya. Berdasarkan hal ini mk yg dimaksud dgn para ibu adl zaman-zaman di mana mereka diutus.”
Namun setelah diutus Rasulullah Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mk syariat telah sempurna. Tidak lagi ada hukum yg benar kecuali apa yg telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebab beliau diutus utk seluruh umat manusia. Allah kberfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ
“Dan Kami tdk mengutusmu melainkan kepada umat manusia seluruh sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan tetapi kebanyakan manusia tdk mengetahui.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Dan adl nabi terdahulu diutus kepada kaum secara khusus sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Telah diketahui secara pasti dari agama Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan telah disepakati umat ini bahwa pokok ajaran Islam dan hal yg pertama kali diperintahkan kepada seseorang adalah: syahadat La Ilaha illallah dan Muhammadur Rasulullah. Dengan itu seorang yg kafir menjadi muslim musuh menjadi kawan yg halal darah dan harta menjadi terjaga darah dan hartanya. Kemudian jika syahadat tersebut berasal dari hati mk dia telah memasuki tingkatan keimanan. Namun jika dia hanya mengucapkan dgn lisan tanpa keyakinan hati mk dia secara lahiriah menampakkan Islam tanpa keimanan dlm hati. Adapun orang yg tdk berucap dgn lisan padahal dia mampu melakukan mk dia kafir secara zhahir dan batin berdasarkan kesepakatan kaum muslimin menurut pendahulu umat ini dan para imam serta mayoritas para ulama.”
Skala Prioritas dlm Berdakwah
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran yg sangat penting terkhusus bagi seorang dai yg mengajak manusia menuju jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa dlm mengemban amanah dakwah hendaklah kita selalu berusaha mengikuti tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dgn senantiasa mendahulukan skala prioritas dlm menyampaikan agama dgn menerapkan al-bad`u bil aham fal aham .
Para nabi menjadikan inti dakwah mereka memurnikan ibadah hanya utk Allah Subhanahu wa Ta’ala sebab walaupun mereka mengamalkan amalan yg lain tapi bila tdk disertai memurnikan tauhid dlm beribadah kepada-Nya mk hal tersebut akan menjadi sia-sia belaka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِيْنَ كَذَبُوا عَلَى اللهِ وُجُوْهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِيْنَ
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang2 yg berbuat dusta terhadap Allah muka menjadi hitam. Bukankah dlm neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang2 yg menyombongkan diri.”
Dan juga firman-Nya:
وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُوْنَ
“Seandai mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yg telah mereka kerjakan.”
Inilah yg dajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Jika Rasulullah mengutus salah seorang mereka utk berdakwah beliau menasihati utk memulai dakwah dgn yg terpenting. Di antara yg menunjukkan hal ini adl hadits yg diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa tatkala Rasulullah mengutus Mu’adz radhiyallahu ‘anhu ke Yaman beliau berpesan:
إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِذَا عَرَفُوا اللهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا فَعَلُوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِذَا أَطَاعُوا بِهَا فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ
“Sesungguh engkau mendatangi kaum dari ahli kitab hendaklah yg pertama kali engkau serukan kepada mereka adl agar mereka beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika mereka telah mengenal Allah mk kabarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu pada tiap hari dan malam. Jika mereka telah melakukan itu mk kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat yg diambil dari orang2 kaya mereka lalu diserahkan kepada orang2 miskin mereka. Jika mereka telah menaati mk ambillah dari mereka dan berhati-hatilah dari harta yg sangat berharga milik mereka.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Mu’adz radhiyallahu ‘anhu utk memulai dlm berdakwah dgn hal yg terpenting utk mereka.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar